Tuesday, September 24, 2013

Mau Nonton Rise of an Empire? Tau dulu sejarahnya


Menyambut tahun 2014 nanti, bakal ada film-film yang harus ditonton. Salah satunya sekuel "300" [2007], "300 : Rise of an Empire", yang ngambil setting Battle of Salamis di tahun 480 BC.



Walaupun ga sepenuhnya akurat (antara film & fakta sejarah yang ditulis Herodotus), timeline battle yang difilmkan masih sejalan ama sejarah perjalanan invasi kedua Persia ke Yunani. Persia sendiri sebelumnya pernah ngeinvasi Yunani di tahun 492-490 BC atas perintah Darius (bokapnya Xerxes), tapi gagal. Si Xerxes ini (ternyata) lebih ambisius & lebih niat dari bokapnya, ngumpulin semua pasukan di seluruh daerah jajahan Persia. Invasi Xerxes juga ga sepenuhnya tepat waktu karena harus ngeberantas pemberontakan di Mesir, setelah ditunda akhirnya jadi invasi juga. Ngebawa lebih dari dua juta pasukan (kata Herodotus & Diodorus), Xerxes ngeinvasi Yunani lewat Selat Hellespont pake jembatan pontoon (jembatan semi-permanen). Untuk sampai ke Yunani, Xerxes punya 2 jalur : lewat darat & laut. Lewat darat, harus lewat Thermophylae (yang difilmin di "300"). Lewat laut, via Artemisium yang akhirnya tembus juga walaupun sulit (ga sesulit Battle of Thermophylae sih emang).




Meski Battle of Thermophylae & Artemisium itu sebenernya semacem "misi bunuh diri" para patriot Yunani, tapi emang tujuan 2 battle itu ya cuma buat ngulur waktu biar Yunani bisa assemble the army and the navy as much as they could. Dengan diulurnya waktu sampe sebulan, udah cukup lama buat Yunani untuk ngumpulin pasukan.

 
Itu tadi background Battle of Salamis yang jadi setting "Rise of an Empire". Battle of Salamis sendiri nantinya diceritain tentang kelanjutan invasi Xerxes. Walaupun secara strategi kalah di Thermophylae (Yunani cuma mati 4000, Persia mati 20.000, tapi secara military Persia menang karena bisa nembus), Xerxes lanjut invasi Yunani yang nolak buat gabung ama Persia. Yunani yang dimaksud bukan sebagai satu kesatuan utuh, tapi lebih kaya "alliance" dari negara-negara kecil di Yunani. Greek Alliance sendiri akhirnya maju perang di Salamis dipimpin ama Themistocles (diperanin Sullivan Stapleton) dari Athena, didukung istrinya Leonidas (Queen Gorgo, diperanin Lena Heady si Cersei Lannister) dan kompatriotnya. Ga gampang bikin semua city-state di Yunani bersatu, perbedaan ideologi & permusuhan mendarah daging antara satu city-state dan yang lain bakal jadi tembok penghalang Themistocles buat nyatuin Yunani. Tapi mau gimana lagi? Persia di depan mata bos! Persia juga gacuma Xerxes lagi yang jadi sorotan, sekarang ada Artemisia (diperanin Eva Green) yang jadi komandan angkatan laut Persia.



Oiya, by the way si Artemisia ini bukan orang Persia. Kalo abis liat trailer filmnya sih, yakin si Artemisia bakal seksi banget ._.



Di awal tujuan Battle of Salamis, Yunani sebenernya cuma pengen ngecegah Persia buat masuk lebih jauh ke daerah selatan Yunani, terutama Peloponnesus. Tapi Themistocles akhirnya berhasil ngebujuk para pemimpin aliansi buat ga cuma cegah Persia masuk Peloponnesus, tapi juga meluluhlantahkan armada Persia biar seluruh Yunani aman tanpa ancaman lagi. Ide ini akhirnya direalisasiin dengan kekompakan seluruh city-states di Yunani, pake strategi perang laut yang ciamik di Selat Salamis (liat aja filmnya nanti). Semangat persatuan Yunani yang tinggi ngelawan kemarahan Xerxes, perang ini termasuk perang yang paling memorable di sejarah Eropa kuno. Tapi kesombongan Xerxes sendiri yang akhirnya berujung di kekalahan Persia.


Sehabis Battle of Salamis, Greco-Persian War nantinya bakal ditinggal Xerxes yang mundur ke Asia Kecil, tinggal jendral Mardonius yang ditugasin Xerxes buat nyelesein misi Persia ngejajah Yunani. Kemenangan Yunani di Salamis juga jadi turning point buat perang ini, perang-perang selanjutnya terus dimenangi Yunani. Kaya di Potidea, Xerxes yang lagi mundur ke Asia lewat Potidea & Olynthus kaget liat ternyata lagi ada pemberontakan di Potidea & Olynthus. Marahlah doi, tapi tetep aja kalah. Kalo di Potidea karena blunder strategi perang laut, kalo di Olynthus doi menang (Unggul jumlah pasukan, trus ngebantai seisi kota).

Yang terakhir, 2 battle besar yang jadi ending invasi Persia ke Yunani : Battle of Plataea ama Battle of Mycale. Tapi 2 battle itu jelas bikin Persia kocar-kacir, terutama di Plataea. Di Plataea, Mardonius yang kelewat ambisius ngejar pasukan Yunani yang mundur (karena rapat terus ga perang-perang, kelamaan sampe suplai makanan habis) pake light infantry doang, ternyata pasukan Yunani yang dikejar (terutama Spartans) malah berani ngelawan balik. Hancurlah pasukan Mardonius di situ. Eh ternyata sebagian sisa pasukan darat Persia yang masih leha-leha belom siap perang di camp dibantai habis ama pasukan Yunani. Beda jauh ama kondisi di Mycale, sisa-sisa angkatan laut Persia harus kalah meski dengan hasil yang wajar : sama-sama banyak kehilangan pasukan.



Yaampun, mau nulis lagi kelanjutannya malah dikira kasih spoiler. Yaudah sampe sini aja, semoga kalian yang mau nonton Rise of an Empire nanti bisa ngerti latar belakang & makna perang Greco-Persian lebih dalem lagi, karena banyak banget yang bisa dipelajari dari perang ini hehe.




Listening to : Ryutaro Makino - Day By Day

Monday, September 23, 2013

I.O.I.C.T.B.T.T.I.T.R.E.E (If Only I Could Turn Back The Time Into The Roman Empire Era)

Ancient Rome! Holy Roman Empire! Yeah, the biggest story to be told, ever. Ga peduli gimana serakahnya orang-orang Roma jaman dulu kaya yang diceritain/difilmin, the legacies of Ancient Roman & Holy Roman Empire are still the best to be discovered lah. Gacuma arsitektur bangunan yang oke, jalan batu teratur pertama, konsep sistem pengairan yang mangstab, tata cara nulis, sistem otonomi daerah yang mateng, penciptaan indikator pengukuran besaran panjang presisi pertama di dunia, luas kerajaan yang menguasai hampir separuh dunia, and blablabla and blablablablabla..

Ketertarikan saya di sejarah Romawi Kuno ternyata belum ilang sampe sekarang. Lagi iseng aja buka file-file jadul yang isinya foto tempat-tempat bersejarah Romawi Kuno, jadi tertarik buat diblog-in. If only I could turn back the time into The (Ancient) Roman Empire era (atau mungkin suatu saat jalan-jalan ke eropa), saya harus kepoin tempat ini satu-satu.

1. The Aqueducts


Aqueduct (pintu air) bikinan Roma emang salah satu inovasi pengairan yang ciamik untuk jaman segitu. Konsepnya sederhana, air dari balik gunung (bisa danau, sungai, laut) dicari aliran bawah tanahnya, dibelokin lah ke atas, trus disalurin direct ke kota (CMIIW).


Salah satu yang terindah (IMO), ada di Provinsi Lucca. Desain arsitektur yang relatif lebih sederhana dari aqueduct lain yang ada di Italia, tapi keliatan lebih kokoh, macho dan megah.



2. Phlegraean Fields' Ancient Craters



Kalo kata wiki sih "A volcanic crater is a circular depression in the ground caused by volcanic activity". Jadi emang ga secara langsung sebuah legacy dari Romawi Kuno, tapi beberapa crater di Italia terutama di Phlegraean Fields turut mempengaruhi kebudayaan di daerah Kota Baiae yang di jaman Romawi dulu maju karena teknologi pembangunan pemandian air panas. Agak disayangkan Kota Baiae yang dulu megah, bahkan lebih megah dari Pompeii itu sendiri udah tenggelam karena maraknya aktivitas vulkanik disana.



Ada banyak crater di Phlegraean Fields, the most beautiful one (versi adi) is the famous Cratere degli Astroni. Yang terbesar, terunik, terasoy. Crater yang luasnya sekitar 296 hektar ini dulunya kebentuk dari 7 letusan vulkanik yang terjadi sekitar 4000 tahun yang lalu. Selain jadi habitat flora dan fauna yang bervariasi, juga punya pemandangan yang askoy.






3. Ancient City Ruins


Banyak kota-kota jaman Romawi dulu yang sekarang udah ga dihuni, entah karena sengaja apa emang sengaja. Mungkin yang paling terkenal Pompeii, kota yang ancur karena letusan gunung Vesuvius. Buat lebih tau cerita Pompeii sih nonton film nya aja 2014 nanti.

Pompeii, Italy

Gacuma di Italia, ternyata reruntuhan kota peninggalan jaman romawi juga kesebar sampe ke daratan Afrika Utara, bahkan Asia Kecil.

Palmyra, Syria

Sabratha, Libya

 Jerash, Jordan

Herculaneum, Italy


4. Ancient Theaters/Amphitheaters 

 Colosseum, Rome

Pemerintah Romawi termasuk jenis pemerintah yang memperhatikan kebahagiaan rakyatnya. Ga heran dong banyak dibangun bangunan theater/amphitheater untuk keperluan hiburan. Ada opera, drama, bullfight, sampai gladiator dipertunjukkan disini. Yang paling terkenal jelas Colosseum, amphitheater romawi terbesar di dunia.
 
Verona Arena, Italy

Saking luasnya daerah kekuasan Romawi, tersebar pula theater/amphitheater di berbagai daerah kekuasaanya. Beberapa dari arena itu ada yang masih dipake, ada yang udah kelewat uzur jadi gabisa dipake lagi.

 Bosra, Damascus

 Arena of Nimes, France

Xanten, Germany

 Arles Arena, France

 
 Caesarea, Israel

Cagliari Amphitheater, Italy

5. Duomo (Cathedrals)



Kalau yang ini udah gaperlu diraguin lagi, katedral jaman Romawi akhir emang ga ada yang ngalahin kegantengannya. Ga cuma katedral sih, banyak kapel, gereja atau basilika sekalipun punya ciri khas unik di Italia. Banyak bangunan megah ala arsitektur romawi masih berdiri kokoh, itu menandakan selain berharganya gedung-gedung itu, juga membuktikan kuatnya struktur bangunan yang dimiliki (sok anak arsi). Yang paling memorable buat saya jelas Basilica di Santa Maria del Fiore / Il Duomo di Firenze di Florence, Italia karena kebanyakan main Assassin's Creed -__-




 
Selain di Firenze, Duomo favorit kedua saya Piazza Duomo di Milano. Sebagai Milanisti, impian terbesar saya ngerayain juara arak-arakan di Piazza Duomo Milan :))







6. Ancient Temples 

 Garni Temple, Armenia

Romawi Kuno, memuja dewa-dewa yang (hampir) sama kalo dibandingin ama dewa-dewa yang dipuja orang Yunani Kuno. Beberapa dewa mungkin beda nama sebutannya aja. Kuil bangsa Romawi Kuno ini dibikin buat tempat pemujaan terhadap dewanya. Ciri khas kuil romawi kuno kalau diliat secara umum sebenernya gajauh beda ama kuil-kuil yunani kuno. Tapi ternyata banyak bedanya kalau kita liat secara detail : detail ornamen pilar, bentuk tangga, atap, fondasi, dll. Contoh : untuk pilar, romawi kuno pake gaya Tuscan -> Composite. Beda ama Yunani Kuno yang pake Doric -> Ionic -> Corinthian. Bangsa Romawi Kuno sering dibilang "ngejiplak" desain Yunani Kuno buat kemudian dibikin versi lebih kerennya, kaya desain Theater yang khas Yunani trus dikembangin jadi Amphitheater yang jadi khasnya Romawi.


Yang paling terkenal dari kuil romawi kuno pastinya Pantheon. Ketermahsyuran desain arsitektur Pantheon jadi yang terbaik di masanya, ukuran sih boleh kalah dibanding kuil-kuil Yunani, tapi keindahan interior Pantheon jadi pesona tersendiri buat The Temple To All The Gods ini.

Pantheon

Inside of Pantheon

Mungkin ga ada kuil romawi (yang utuh) yang lebih gede dari The Temple of Bacchus di situs Baalbek, Lebanon. Mungkin saya kalau kesana bakal mupeng, sange liat pilar raksasa dimana-mana. Kebetulan saya seneng banget liat pilar gede. Dari situ saya bisa belajar buat respek ama Romawi Kuno. Segitu gede, segitu berat, segitu susahnya mereka angkat pillar-pillar itu cuma buat bikin tempat doa doang. Kalau saya bilang sih, itu malah jadi bentuk perbuatan yang tulus untuk "Tuhan" yang mereka cintai. Beda jauh ama orang sekarang yang jadiin "Tuhan" cuma buat selimut pembenaran doang.

The Temple of Bacchus, Baalbek Site, Lebanon

Inside of The Temple of Bacchus

***

Yah selese sudah tulisan saya yang ngaco ini. Semoga bisa nambah minat kalian buat kepo sejarah romawi. By the way, I have no rights about these pics. I used them for non-commercial purpose only. Cheers!


Listening to : Glasser - Design